Bicara tentang ideologi Marxisme sangat
identik dengan paham komunisme. Komunisme yang belakangan ini sedang hits di Indonesia
tidak terlepas dari paham Marxisme yang di bawa Oleh seorang Filsuf asal jerman
Bernama Karl Marx. Marx lahir pada tahun 1818 di Treves, Jerman. Seorang anak
dari keluarga yahudi golongan menengah yang telah memeluk agama protestan. Marx
meraih gelar Doktor di bidang filsafat di Jena pada tahun 1841.
Banyak orang terobsesi dan begitu
mengagumi pemikiran Marx. Mereka ini di sebut dengan Marxist sedangkan ajaran
yang dibawa Marx sendiri disebut Marxisme yang berisi ajaran yang kini kita
kenal dengan sebutan komunime. Semua komunis di dunia adalah penganut ajaran
Marxisme. Namun, tidak semua Marxist adalah Komunis.
Ajaran komunisme sendiri lahir
sebagai kritik terhadap ideologi liberalisme. Marx menganggap librealisme
merupakan ajaran yang jahat. Liberalisme yang mengutamakan individualisme telah
mendorong kaum kapitalis untuk terus memperkaya diri. Di sisi lain kaum buruh
terus tertindas dan semakin terpuruk kehidupannya. Dalam teori Marxist, Marx sudah
menggambarkan kondisi Masyarakat di bawah ideologi liberalisme dimana kaum
kapitalis semakin kaya dan kaum
proletaris (buruh) semakin terpuruk dan miskin.
Dalam ideologi liberalisme setiap
orang dapat memperoleh kebahagiaan materialistik sebagai bayaran atas upaya dan
kerja keras yang dilakukannya. Setelah revolusi industri, ideologi liberalism terus
berkembang mejadi ideology liberalisme kapitalis. Dimana terjadi persaingan
antara kaum kapitalis dalam suatu industri di Negara eropa. Dengan modal besar
yang dimilikinya, seorang kapitalis terus memproduksi berbagai komoditi pokok
yang dibutuhkan masyarakat. Di sisi lain masyarakat tidak memiliki modal
sehingga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan produksi kebutuhan sehari –
harinya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya, masyarakat sangat
tergantung pada komoditi yang dihasilkan dari industri kapitalis.
Kaum kapitalis melihat peluang
tersebut sebagai lahan untuk meperbesar industrinya dengan terus menghasilkan
komoditi. Semakin banyak komoditi yang di produksi, semakin murah harga jual , semakin
besar keuntungan yang di peroleh pemilik modal, masyarakat semakin di untungkan
sehingga masyarakat semakin bergantung pada industri tersebut. Semakin besar
perusahaan, akan semakin banyak membutuhkan tenaga ahli dan pekerja buruh,
semakin luas juga lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Terbentuklah hubungan
saing ketergantungan antara kaum pemilik modal dan masyarakat.
Marx menilai fenomena ini sebagai
bentuk penjajahan terhadap kaum buruh. Ia menganggap kaum buruh bukannya di
untungkan dengan terus bekerja pada kaum kapitalis. Namun itu merupakan bentuk
eksploitasi tenaga kerja pada kaum buruh. Kaum kapitalis semakin kaya berkat
kerja keras para buruh. Para buruh tidak punya pilihan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga terpaksa harus tunduk pada kapitalis. Marx menyebut fenomena
itu dengan sebutan “lingkaran setan”.
Marx menganggap perlu adanya
revolusi. Dimana kaum buruh harus bergerak melawan kapitalis yang terus
menggerogoti tenaganya. Marx mangatakan suatu perubahan tidak akan terjadi jika
kaum buruh ini tidak menginginkannya dan tidak melakukan tindakan untuk
menghadirkan perubahan. Marx menganggap kekerasan dan pembantaian di bolehkan
untuk suatu perubahan besar. menurut Marx, masyarakat liberalisme itu ibaratkan
baju yang sudah usang, sudah tidak layak pakai sehingga harus di buang dan
diganti dengan yang baru. Mereka yang mempraktekan ajaran Marx inilah yang
disebut dengan penganut paham sosialis komunis.