Malam ini saya
punya cerita dari kampus kedua saya yaitu Goethe institute bandung, meski baru
masuk kuartal kedua saya belajar ya sekitar hampir empat bulan, disini saya banyak
menemukan pengalaman baru. Suasana belajar Goethe saya rasakan sangat berbeda
dengan di kampus, salah satu perbedaannya adalah kalau di UIN saya sama sekali
tidak menemukan teman perempuan yang tidak berjilbab alias semuanya muslim,
bedanya di Goethe khususnya di kelas saya dari enam orang siswinya hanya saya
yang berjilbab karena memang tidak semuanya beragama islam. Aber keine problem, meski jumlah siswi
yang muslim dan berjilbab disini terbilang minoritas namun itu sama sekali
tidak menjadi pengahalang bagi kami untuk bergaul, saling tukar pikiran bahkan
sampai curhat masalah pribadi saking kami akrabnya.
Di kuartal kedua
ini Alhamdulillah saya sekarang berstatus student
dilevel A1.2 setelah berhasil menyelesaikan level A1.1 di kuartal satu desember
lalu. Di kelas baru ini juga ada teman-teman yang sudah saya kenal sejak level
sebelumnya seperti Desi, Wisnu, Dito, Taufik, Juna, Tya, Tezar, Beni, acim dan
ghifary. Dan kini lebih ramai karena juga ada beberapa personel baru yang
bergabung yaitu ghea, pina, sakina, afta, dan emir. Salah satu cerita seru dari
Goethe terjadi sore tadi…
Hujan mengguyur kota
bandung sedari sore. Dan karenanya membuat perjalanan saya agak tehambat menuju
shelter damri di depan kampus. Meski keberangkatan
damri sedikit terlambat kurang lebih lima belas menit dari biasanya tapi
untungnya sore itu saya tidak terlambat masuk kelas, saya datang lima menit
sebelum jam pelajaran dimulai. Sampai di kelas Herr Dadan (guru saya) sudah stand by di depan computer kelas. Dan rupanya
sudah ada beberapa teman juga yang kini menunggu kedatangan yang lainnya. Kelas
sore itu terbillang masih kosong dan sepertinya yang lain terlambat
karena terhalang hujan yang kini tinggal meninggalkan rintikan gerimis kecil.
Saya memilih
duduk di pojok kiri di samping diantara pina dan taufik karena dirasa posisinya
nyaman tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dari smartboard. Setelah semua student dan studentin hadir, tanpa di duga-duga rupannya Herr Dadan sudah
mempersiapkan soal untuk test dadakan
sore itu, sontak semua student
merasa panik karena memang tidak memiliki persiapan. Yang bisa kita lakukan
saat itu hanyalah pasrah pada-Nya.
Dari keempat
bagian soal yang sudah di bagikan, di bagian soal keempat sedikit membuat kami
kebingungan karena pertanyaan yang mengecoh ditambah lagi kami hanya diberi
waktu 15 menit untuk mengerjakan semua soal yang beranak cucu itu. Di soal
bagian terakhir itu kita diperintahkan untuk menuliskan angka yang tertera di
soal ke dalam huruf alphabet. Dengan membaca sedilikit petunjuknya di soal. Beruntung
saya mendapatkan sebuah keyword “geburtstag” dan “am” yang berarti saya harus
menambahkan huruf sten/ten di bagian
akhirnya. Setelah semua selesai dan soal dikumpulkan, beberapa teman sepertinya
agak panik karena ada juga yang salah mentafsirkan soal bagian empat itu yang
harusnya berupa tanggal lahir malah diartikan sebagai jam sehingga mereka
menuliskan huruf latinnya tanpa tambahan sten/ten
seperti yang seharusnya. Soal bagian satu tidak saya isi dengan penuh karena
waktu yang begitu cepat, padahal seharunya kami mampu mengerjakan semuanya
tepat waktu tapi waktu kami banyak tersita oleh soal bagian empat yang mengecoh
Suasana kelas
sedikit meradang karena kesalahan kecil yang pada akhirnya fatal itu cukup
membuat Herr Dadan agak kesal karena ketidaktelitian dan ketidak disiplinan
kami dalam pengerjaan soal. Raut muka BETE pun mulai bermunculan dari wajah
para student. Hingga waktu istirahat
tiba, celotehan acim sedikit mencairkan suasana.
“eh denger, kalo
kambing jadi ayam, kalo sapi jadi kambing, trus kalo ayam jadi apa?” tanya acim
serius.
“jadi-jadian
hahaha”
“bukan tapi
yaaahhhh jadi baaanyaaaak” jawab acim
Hahaha kami semua
yang mendengar pun tertawa
“heeemmm dasar
sarjana hukum maenannya gituan hahaha” sela ghea membuat kami semua tertawa
tebahak-bahak.
“eh ada lagi
nih, tau ngak kenapa SHANGHAI depannya harus pake ‘s’ ?”
“ kalo ngak pake
‘s’ jadinya anghai lah” seru ghifary
“bukaaan” kata
acim dengan nada bicaranya yang khas seperti anak-anak
“terus apaaa
dong???” tanya ghea penasaran
“mau tau nih
benerrrr?????” tanya acim semakin mebuat semua orang yang medengarkannya
menjadi penasaran.
“apaan sih emang”
cerocos beberapa teman yang lain
“hmmmmm soalnya
kalo ngak pake eeessssssss nantinya ngak dingin dong..” jawab acim dengan nada
bicara polosnya.
“hahahahah “
Sontak seisi
kelas tertawa membahana. Bukan karena jawabannya yang lucu tapi kami tertawa lebih karena melihat ekspresi wajah acim dan gaya bicaranya yang beda, unik
dan polos tanpa di buat-buat.
“hahaha ayo-ayo
lagi cim” pinta ghea yang masih asyik menertawakan acim.
“hmmmmm tar
dulu…. Oyaaa… coba tebak nih buah buah apa yang bikin kaget?” tanya acim dengan
raut muka yang menandakan kalau dia sedang berpikir keras.
“BUAH DURIAN!”
teriak sakina
“bukaaaan tapi
buah MANGGA!” JAWAB acim sambil berteriak sontak membuat kaget seisi kelas.
“ayo-ayo cim
lagi-lagi” pinta ghifary
“hmmmmm ada nih
buah apa yang bikin orang bingung?” tanya acim
“hmmm ngak
tauuuuu emang apa?”
“yah buah mangga”
“hmmm iya
PUNTEN..” timpal saya.
“yaah yah bener
itu reztya hahahahahaha” acim yang langsung tertawa membahana mendengar jawaban
saya,
dan seisi kelas kembali membahana di buatnya. Saya sedikit bingung karean
saya rasa jawaban saya sama sekali tidak lucu, tapi yasudahlah tapi keanehan
itulah justru membuatnya unik.
Waktu istirahat
yang berdurasi 15 menit rupanya sudah habis. Tidak terasa karena mendengarkan
celotehan acim. Herr Dadan kembali memasuki kelas dan melihat para student nya
sedang tertawa terpingkal-pingkal membuat dirinya penasaran…..
to be continue…